Senin, 09 September 2013

ILMUAN FISIKA PENEMU ELEKTRON



     Sir Joseph John Thomson atau lebih dikenal sebagai J.J Thomson (1856-1940) adalah seorang ilmuwan yang lahir di Creetham Hill, pinggiran kota Manchester pada tanggal 18 Desember 1856, di mana ia diangkat sebagai profesor fisika eksperimental sejak 1884. Penelitiannya membuahkan penemuan elektron. Thomson mengetahui bahwa gas mampu menghantar listrik. Ia menjadi perintis ilmu fisika nuklir. Dia mendaftar di Owens College, Manchester tahun 1870, dan tahun 1876 mendaftar di Trinity College, Cambridge sebagai pelajar biasa. Dia menjadi anggota Trinity College tahun 1880, ketika dia menjadi penerima Penghargaan Wrangler dan Smith (ke-2). Dia tetap menjadi anggota Trinity College seumur hidupnya. Dia menjadi penceramah tahun 1883, dan menjadi profesor tahun 1918. Dia adalah professor fisika eksperimental di laboratorium Cavendish, Cambridge, dimana dia menggantikan John Strutt, 3rd Baron Rayleigh, dari tahun 1884 sampai tahun 1918 dan menjadi profesor fisika terhormat di Cambridge dan Royal Institution, London.

Thomson baru-baru itu tertarik pada struktur atom yang direfleksikan dalam bukunya, yang berjudul Treatise on the Motion of Vortex Rings yang membuatnya memenangkan Adams Prize tahun 1884. Bukunya yang berjudul Application of Dynamics to Physics and Chemistry terbit tahun 1886, dan di tahun 1892 dia menerbitkan buku berjudul Notes on Recent Researches in Electricity and Magnetism. Pekerjaan belakangan ini membungkus hasil-hasil yang didapat berikutnya sampai pada kemunculan risalat James Clerk Maxwell yang terkenal dan sering disebut sebagai jilid ketiga Maxwell. Thomson bekerja sama dengan Professor J.H. Poynting untuk menulis buku fisika dalam empat jilid, berjudul Properties of Matter dan tahun 1895, dia menghasilkan buku Elements of the Mathematical Theory of Electricity and Magnetism, edisi kelima yang terbit di tahun 1921.

Tahun 1896, Thomson mengunjungi Amerika Serikat untuk memberikan kursus dari empat ceramah, yang meringkaskan penelitian-penelitian barunya di Universitas Princeton. Ceramahnya ini berikutnya diterbitkan dengan judul Discharge of Electricity through Gases (1897). Sekembalinya dari Amerika Serikat, dia memperoleh pekerjaan paling brilian dalam hidupnya, yaitu mempelajari memuncaknya sinar katode pada penemuan elektron, yang dibicarakan selama kursus pada ceramah malamnya sampai Royal Instution pada hari Jumat, 30 April 1897. Bukunya Conduction of Electricity through Gases terbit tahun 1903, diceritakan oleh Lord Rayleigh sebagai sebuah tinjauan atas "hari-hari hebatnya di Laboratorium Cavendish". Edisi berikutnya, ditulis dengan kolaborasi dengan anaknya, George, dalam dua jilid (1928 dan 1933).

Thomson kembali ke Amerika tahun 1904, untuk menyampaikan enam ceramahnya tentang kelistrikan dan zat di Universitas Yale. Ceramah itu memuat beberapa pernyataan penting tentang struktur atom. Dia menemukan sebuah metode untuk memisahkan jenis atom-atom dan molekul-molekul yang berbeda, dengan menggunakan sinar positif, sebuah ide yang dikembangkan oleh Francis Aston, Dempster dan lainnya, yang menuju pada banyak penemuan isotop. Dan lagi, untuk itu hanya disebutkan dan dia menulis buku-buku, seperti The Structure of Light (1907), The Corpuscular Theory of Matter (1907), Rays of Positive Electricity (1913), The Electron in Chemistry (1923) dan otobiografinya, dan buku Recollections and Reflections (1936), di antara banyak terbitan lainnya. Thomson, seorang penerima perintah atas jasa, dilantik tahun 1908.







Dia dipilih menjadi anggota Royal Society tahun 1884 dan menjadi presiden selama 1916-1920; dia memperoleh medali Royal and Hughes pada tahun 1894 dan 1902, dan memperoleh Medali Copley tahun 1914. Dia dianugerahi Medali Hodgkins (Smithsonian Institute, Washington) tahun 1902; Medali Franklin dan Medali Scott (Philadelphia), 1923; Medali Mascart (Paris), 1927; Medali Dalton (Manchester), 1931; dan Medali Faraday (Institute of Civil Engineers) pada tahun 1938. Dia adalah Presiden British Association tahun 1909 (dan dari bagian A tahun 1896 dan 1931) dan dia memegang gelar Doktor Kehormatan dari Universitas Oxford, Dublin, London, Victoria, Columbia,Cambridge, Durham, Birmingham, Göttingen, Leeds, Oslo, Sorbonne, Edinburgh, Reading, Princeton, Glasgow, Johns Hopkins, Aberdeen, Kraków, dan Philadelphia.

Dalam penelitiannya dia mempelajari bahwa tabung katoda pada kondisi vakum parsial (hampir vakum) yang diberi tegangan tinggi akan mengeluarkan "berkas sinar" dimana Thomson menyebut sinar ini sebagai "berkas sinar katoda" disebabkan berkas sinar ini berasal dari katoda (elektroda negative). Berkas sinar katoda ini apabila didekatkan dengan medan listrik negative maka akan dibelokan (berkas sinar katoda ini tertolak oleh medan negative), berdasarkan hal ini maka Thomson menyatakan bahwa berkas sinar katoda itu adalah partikel-partikel yang bermuatan negative yang ia sebut sebagai "corpuscle".

Dia juga meyakini bahwa corpuscle itu berasal dari atom-atom logam yang dipakai sebagai elektroda pada tabung katoda. Dengan menggunakan jenis logam yang berbeda-beda sebagai elektroda yang dia gunakan pada tabung katoda maka percobaan Thomson tetap menghasilkan berkas sinar katoda yang sama. Akhirnya Thomson menyimpulkan bahwa setiap atom pasti tersusun atas corpuscle. Corpuscle yang ditemukan oleh Thomson ini kemudian disebut sebagai "electron" oleh G. Johnstone Stoney. Dari asumsi tersebut dia akhirnya meyakini bahwa atom sebenarnya tidak berbentuk masiv (berbentuk bulatan yang pejal) akan tetapi tersusun atas komponen-komponen penyususn atom.

Di alam atom berada dalam keadaan yang stabil dan memiliki muatan yang netral, dengan demikian Thomson lebih lanjut mengasumsikan bahwa didalam atom itu sendiri pasti terdapat bagian yang bermuatan positif. Dari asumsi tersebut maka Thomson mengajukan struktur atom sebagai bulatan awan bermuatan posistif dengan elektron yang terdistribusi random di dalamnya. Model atom Thomson ini lebih dikenal sebagai "plum pudding model" atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai "model roti kismis". Untuk memudahkan membayangkan model atom ini maka Anda harus membayangkan sebuah roti dalam bentuk bola yang didalamnya terdapat kismis yang menyebar merata secara random.











 Fisikawan Inggris ini telah berhasil memperoleh hadiah Nobel Fisika pada tahun 1906 atas penemuan elektron. Pada tahun 1890, dia menikahi Rose Elisabeth, putir Sir George E. Paget, K.C.B. Mereka dianugerahi seorang putera, sekarang Sir George Paget Thomson, profesor emeritus untuk fisika di Universitas London, yang juga dianugerahi Nobel Fisika tahun 1937, dan seorang puteri. Sir Joseph John Thomson meninggal dunia pada tanggal 30 Agustus 1940.






SUMBER:Biografi Tokoh Ilmuwan Penemu Dunia



















Michael Jordan: Sebuah Cerita Tentang Sang Legenda







Permainannya bukan hanya spektakuler, caranya bermain akan menghipnotis siapapun di dunia. Kerja kerasnya bagaikan mengubah dunia olah raga. Siapapun ingin menjadinya dan siapapun ingin mengalahkannya. Itulah Michael Jeffrey Jordan, legenda basket asal Amerika Serikat yang menjadi inspirasi semua pemain basket, bahkan atlet di seluruh dunia. Memulai karirnya pada 1984 dan bergabung bersama Chicago Bulls hingga 1998. Selama kariernya, ia telah berhasil mengoleksi enam gelar juara dan lima kali berhasil meraih lima gelar MVP regular. Ia akhirnya pensiun dari NBA pada tahun 2003 setelah sempat bermain bagi Washington Wizards. Saat ini ia tercatat sebagai pemilik dari tim NBA, Bobcats.


Kariernya yang luar biasa dan berlimpah gelar ternyata tidak memiliki awal yang mulus. Saat ia masih kecil, ia hanyalah pemain guard biasa tanpa kelebihan yang signifikan dari pemain lainnya. Bahkan pelatihnya saat ia masih remaja mengakui Jordan hanya pemain biasa saja. Selain bermain basket, ia juga menjadi atlet olah raga baseball saat masih muda, namun prestasinya juga biasa-biasa saja. Pelatih baseball Jordan mengakui prestasinya sebagai pemainnya tidak memiliki prestasi yang menonjol.

"Saya melatih Michael saat dia berusia 13, 14, dan 15 tahun. Semasa remajanya, Michael bukanlah seorang juara. Dia hanya remaja biasa yang bermain di liga junior, tetapi sangat bebas dan kompetitif," kata Richard Neher, pelatih baseball Jordan kecil saat ada di Liga Babe Ruth.

Sementara di olahraga basket, nasibnya juga serupa, saat ia berada di tingkat akhir junior high school yang setara dengan SMP kelas 3, Jordan yang mempunyai tinggi 175 cmn hanya seorang guard remaja biasa tanpa prestasi dan skill yang diatas rata-rata. Namun kecintaannya dengan bola basket semakin lama semakin besar, bersama saudaranya Larry, Jordan setiap hari menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain basket di lapangan yang terletak dibelakang rumahnya. Larry yang berusia lebih tua dari Jordan awalnya selalu mendominasi permainan, namun pada akhirnya Jordan berhasil melewatinya dan berhasil mengalahkan saudaranya tersebut. Dari sanalah kecintaannya terhada bola basket semakin meningkat.

Saat ia masuk ke senior high school, Jordan justru mendapat pukulan keras, kecintaannya terhadap olah raga ini ternyata masih belum cukup untuk membuatnya masuk kedalam daftar tim utama sekolahnya, Laney High School yang terletak di North Carolina. Jordan bahkan melihat daftar tim berulang-ulang untuk memastikan namanya benar-benar tidak tercantum. Jordan muda begitu kecewa hingga ia meneteskan air matanya dan mengunci dirinya di kamar selama beberapa saat. Ibunda Jordan, Deloris, berusaha untuk mengangkat kekecewaan anaknya agar terus semangat dan kembali berlatih,


"Saya lalu meminta Jordan untuk berlatih lebih keras. Tapi saya menambahkan bahwa jika dirinya telah berusaha dengan keras dan tetap gagal, berarti itu memang bukan nasibnya,” begitu nasihat bijak dari sang ibunda.

Meski pada akhirnya ia masuk ke tim Junior, ia tetap menyimpan kekecewaan yang besar karena pada awalnya ia cukup yakin bisa masuk ke tim utama tim. Namun justru dari kekecewaan itulah kita dapat melihat permainan brilian dari Jordan. Sejak penolakannya itu, ia semakin gila menerpa dirinya dalam berlatih. Berjam-jam ia menghabiskan seluruh waktunya untuk berlatih, ia bahkan seringkali menyimpan tenaganya dalam bermain di pertandingan junior karena ingin lebih fokus dan memiliki tenanga saat berlatih, karena memang tujuan utamanya adalah bermain bagi tim senior. Sifat kompetetifnya itulah yang pada akhirnya membuahkan hasil.

"Saya tidak mau lagi merasakan itu. Mulut pahit dan perut terasa mulas," kenang Jordan mengenang kegagalannya saat masih sekolah dulu. Dalam salah satu iklan dari produk Nike, Jordan pernah mengatakan kisah karirnya yang tidak melulu berjalan mulus.

"Sepanjang karier saya, lebih dari 9.000 tembakan saya meleset. Saya pernah kalah dalam 300 pertandingan. Setidaknya, 26 kali saya dipercaya untuk melakukan tembakan penentu kemenangan dan gagal. Saya telah berkali-kali menemui kegagalan dalam hidup saya, dan itulah sebabnya saya bisa berhasil."

Etos kerjanya untuk berlatih bola basket terus ia bawa hingga ia masuk ke Universitas North Carolina, walau sudah menjadi pemain yang besar sekalipun, ia selalu menjalankan latihan yang lebih berat dibanding rekan-rekannya. Ia bahkan selalu berlatih jump shoot diwaktu luangnya sendiri. Sadar karena tinggi badannya yang standar saja bagi pemain basket, ia sadar bahwa dirinya harus mempunyai tembakan yang akurat. Jordan selalu menjadi orang pertama yang datang ke tempat latihan dan menjadi orang terakhir yang meninggalkan latihan.

http://www.youtube.com/watch?v=MtW678Tk2dY&feature=player_embedded

"Biasanya saya tiba di sekolah antara jam 07.00 dan 07.30 pagi. Michael ada di sana sebelum aku. Setiap kali saya datang dan membuka pintu, aku mendengar suara bouncing bola, di musim gugur, di musim dingin, di musim panas. Hampir setiap pagi saya harus meminta dia untuk meninggalkan lapangan." Tutur Rubby Staton, salah seorang instruktur olah raga di universitas-nya.

Dengan tinggi 183 cm saat di bangku universitas, Jordan tetap saja hanya memiliki tinggi yang tidak istimewa, maka ia harus meningkatkan keterampilan lainnya seperti mencetak angka maupun assist. Pada akhirnya ia menjadi pemain yang jauh diatas rata-rata rekannya di tim. Hingga pada akhirnya timnya di universitas dibangun dengan berpusat pada sosok Jordan. Ia bisa mencetak 25 sampai 40 poin dalam pertandingan.

Berkat kehebatannya selama di universitas, jalan Jordan menuju NBA berjalan sangat mulus, sejak masuk ke Chicago Bulls kariernya bergitu cemerlang, and the rest is history, Anda pasti sudah mengenal kisahnya bukan?

NBA Championship 6 kali, trofi MPV 5 kali, selusin All-Star game, gelar NCAA dan dua medali emas Olimpiade. Ialah Michael Jeffrey Jordan, salah satu pria paling sukses dalam olah raga bola basket. Dibalik kegagalannya di masa lalu, ia sukses menyulapnya menjadi kunci kesuksesannya hingga akhir kariernya.

"Saya siap untuk menerima kegagalan. Semua orang mungkin gagal. Tapi aku tidak ingin melihat bahwa saya tidak mencoba. " – Michael Jordan.


SUMBER :By Kevin Irwan
19 February 2013